TEMPO.CO, Jakarta -Hari ini 52 tahun lalu atau tepatnya 1969, aktivis Soe Hok Gie pergi untuk selamanya di ketinggian Semeru. Bagi mahasiswa tak asing dengan nama Soe Hok Gie yang menjadi ikon idealisme angkatan 66 dan awal Orde Baru. Seorang aktivis yang gemar mengkritik pemerintah melalui tulisan-tulisannya yang tajam.
Soe Hok Gie: Catatan seorang demonstran! Januari 1, 2021. Buku yang entah kenapa banyak terdistrak saat membacanya. Bukan apa-apa , kalimat dalam buku ini cukup dapat aku nikmati. Tidak terlalu banyak frasa yang membingungkan. Meskipun beberapa istilah politik perlu bantuan google untuk menterjemahkan. Aku memang bukan tipe orang yang menyukai
Soe Hok Gie yang lahir pada 17 Desember 1942 dan kembali ke pangkuan sang kuasa di Gunung Semeru pada tahun 1969, tepat sehari sebelum hari ulang tahunnya yang ke 27. Berikut Puisi Cinta Soe Hok Gie yang dimaksud tersebut, penuh makna dan mengharukan; Yang kedua dilahirkan tapi mati muda. Dan yang tersial adalah berumur tua.
Pada Jumat, di hari Lebaran kedua, 12 Desember 1969 pukul 06.00 pagi, Gie sudah berkumpul dengan rombongan kawan-kawannya di Stasiun Gambir, Jakarta. Mereka siap untuk berangkat menuju Stasiun Gubeng, Surabaya, dan kemudian memulai pendakian ke Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.
Di lembah ini pula, seorang aktivis legendaris tahun 60-an, Soe Hok Gie terpikat pesonanya. Semasa hidupnya, lulusan sastra Universitas Indonesia (UI) itu tidak hanya kritis dengan ide-ide revolusioner, tapi juga piawai menulis puisi. Gie, seorang penyair muda yang kerap menuliskan kegelisahan hidupnya dalam bait-bait kata yang indah dan sarat
"Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda." ― Soe Hok Gie
Berbahagialah mereka yang mati muda. Makhluk kecil kembalilah dari tiada ketiada. Berbahagialah dalam ketiadaaanmu. Diposting oleh Unknown di 01.03 Tidak ada komentar: Puisi Soe Hok Gie; 11-12-2012 November (1) Oktober (4) September (3) Agustus (1) Juni (1) Tentangku. Unknown Lihat profil lengkapku
Cita - cita Soe Hok Gie untuk mati di tengah alam betul - betul kesampaian. Cocok dengan ungkapan dari puisi Yunani yang suka dikutipnya; "Nasib terbaik adalah tak dilahirkan. Yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Bahagialah mereka yang mati muda."
Puisi adalah bentuk seni tulis yang mampu menggambarkan perasaan, pikiran, dan pengalaman manusia dengan kata-kata yang indah. Salah satu puisi yang menggugah hati dan memperlihatkan keindahan alam adalah "Mandalawangi Pangrango" karya Soe Hok Gie.Ia seorang aktivis Indonesia keturunan tionghoa yang turut andil dalam penurunan kekuasaan Orde Lama.
Ia mampu mewujudkannya, sebelum ia mati muda di gunung itu. Soe Hok Gie adalah sosok yang memiliki idealisme tinggi. Ia sangat kritis dalam memandang sesuatu persoalan. Kritis itu sering ditunjukkan Gie pada persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
L1K4Sq.